Sunday, March 25, 2012

KENDALIKAN WERENG DENGAN MEMUTUS SIKLUS HIDUPNYA


Layaknya selebritis, hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) yang menyerang pertanaman padi akhir-akhir ini lebih sering jadi perbincangan di media massa. Secara nasional, intensitas serangannya memang masih relatif kecil jika dibandingkan dengan total luas pertanaman padi di Indonesia, namun tetap menjadi perhatian serius pihak terkait agar dampaknya tidak semakin meluas.

Menteri Pertanian Suswono dalam keterangan persnya di sela-sela acara pembukaan Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) di Batam (15/7) menyebutkan tingkat kegagalan panen akibat serangan hama wereng batang coklat (WBC) masih kecil, sekitar 1.800 ha. “Kalau dari segi luasan memang naik, dari 1.500 menjadi 1.800 hektar. Tapi dari segi nasional, kegagalan panen itu masih di bawah rata-rata lima tahun terakhir,” ujarnya.

Meski demikian, lanjut Mentan, penanganan serangan hama WBC pada pertanaman padi tetap dilakukan dengan serius. Salah satunya dengan cara eradikasi, yakni dengan membakar areal pertanaman padi yang terserang. “Terkadang hal ini disalah artikan. Dikiranya petani marah dengan membakar sawah mereka yang terserang wereng, padahal hal itu salah satu upaya eradikasi untuk memutus serangan dan siklus hidup hama ini,” jelasnya.

Sementara itu, staf ahli Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Ati Wasiati Hamid mengatakan, meningkatnya serangan hama WBC akhir-akhir ini utamanya dipicu oleh perubahan iklim secara global. “Kondisi cuaca siang hari yang panas, kemudian malam hujan dan dingin merupakan kondisi yang disukai wereng,” terang mantan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan ini.

Selain itu, lanjut Ati, penanaman yang tidak serempak juga menjadi faktor pemicu lainnya. Pasalnya, hal ini bisa menyebabkan dalam satu hamparan padi terdiri dari beberapa stadia pertumbuhan, yang berarti pula menyediakan ‘makanan’ yang berkelanjutan bagi wereng.

Ati juga kurang setuju dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa padi hibrida sebagai pemicu utama serangan hama ini sehingga penggunaannya perlu dibatasi. Pasalnya, semua varietas padi menurutnya juga terkena, bukan hanya varietas hibrida saja. “Bahkan ada varietas non hibrida yang lebih parah serangannya,” ujarnya kepada Abdi Tani di sela-sela acara Gelar Promosi Agribisnis IV Soropadan, Temanggung, Jawa Tengah (24/6).

Putus siklus hidupnya
Menurut Ati, kunci utama untuk mengendalikan serangan hama WBC ini adalah dengan memutus siklus hidupnya. “Banyak cara untuk memutus siklus hidup hama ini. Di antaranya dengan menghentikan penanaman padi untuk sementara dengan mengganti tanaman lain, misalnya palawija,” terangnya.

Hal ini menurutnya memiliki banyak manfaat. Selain bisa memutus siklus hidup wereng, penghentian penanaman padi juga bisa untuk “menghidupkan” musuh alami hama ini. “Musuh alami yang dulunya terkena pestisida padi, akhirnya bisa tumbuh lagi,” tambahnya.

Penanaman padi secara serempak juga menjadi salah satu cara untuk mempersempit ruang hidup hama WBC. Pasalnya, dengan hamparan padi yang luas dan seragam umurnya memungkinkan untuk terputusnya regenerasi hama ini.

Hanya saja, kata Ati, untuk memberikan pengertian kepada petani agar mau mengganti pola tanam padi dengan palawija cukup sulit. “Sekarang ini kan musimnya agak basah, banyak petani yang tidak mau berhenti untuk tanam padi. Tapi kita tetap berusaha untuk memberikan pengertian kepada mereka. Toh setelah siklus hidup wereng ini terputus petani bisa tanam padi lagi,” ujarnya.

Pengendalian secara biologis menurut Ati juga patut untuk dikembangkan. Hal ini terutama untuk mencegah ikut ‘terbunuhnya’ musuh alami wereng. Salah satu caranya adalah dengan menempatkan lampu penerang di areal persawahan. Di bawah lampu tersebut diletakkan baskom atau wadah berisi oli yang berguna untuk menjebak wereng dewasa (makroptera) yang biasa terbang di malam hari.

“Makroptera ini menyukai cahaya. Makanya saya anjurkan sawah-sawah yang ada diberi penerangan semuanya untuk mengendalikan makroptera wereng,” terang Ati yang tahun ini telah memasuki masa pensiun.

Penggunaan pestisida kimiawi masih tetap menjadi alternatif pengendalian, apalagi saat tingkat serangannya sudah melebihi ambang batas ekonomi. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengungkapkan penggunaan pestisida masih tetap diperlukan, khususnya pestisida yang benar-benar ampuh untuk mengendalikan serangan hama WBC. (AT : Vol. 11 No. 3 Edisi XL, Juli - September 2010)

http://tanindo.com 

No comments:

Post a Comment

Labels

Alpukat (1) Budidaya (3) hama (1) hama penyakit (1) HARA MIKRO (1) jagung (3) Kapuk (1) kemiri (1) paprika (1) Penyakit (1) sukun (1)