Friday, April 6, 2012

Budidaya Kapuk


Kapuk (Ceiba petandra Gaertn) berasal daerah tropis di Amerika berkembang dan
menyebar ke Afrika dan Asia . Penyebaran di Asia meliputi wilayah India, Indonesia, Thailand
dan Filippina. Di Asia kapuk sudah dibudidayakan,  sedangkan di Afrika hanya sebagian yang
dibudidayakan sementara di Amerika belum dibudidayakan.
Tanaman kapuk di beberapa tempat di Indonesia telah diusahakan secara intensif.
Misalnya  di P.Jawa dilereng Gunung Muria  (Pati) disekitar Weleri, antara  Semarang–
Pekalongan; didaerah Pandaan antara Gunung Arjuno dan Penanggungan  dan antara Pare dan
Ngantang yaitu jalan dari Kediri menuju ke Malang. Di Sulawesi kapuk didapati di bagian selatan
Danau Tempe dekat  Sengkang, dibagian selatan  dan  timur  Gunung Lompobattang sekitar
Jeneponto dan Bantaeng, kemudian disekitar Tanette dan pulau Muna.
Tanaman kapuk di Indonesia dikembangkan oleh rakyat , perkebunan swasta dan perkebunan
pemerintah (BUMN). Areal seluruhnya saat ini  mencapai 250 500 ha dengan produksi serat
mencapai 84 700 kg per.
TIPE TANAMAN KAPUK
Ceiba pentandra, dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu : Ceiba occidentalis, banyak
ditemukan di Amerika dan Afrika, dan Ceiba orientalis, yang berada di Asia. Sedangkan Hasil
penelitian menunjukkan  bahwa persilangan antara kedua kelompok tersebut dapat dilakukan
dengan mudah; ini menunjukkan kedekatan genetik keduanya. Hasil persilangan kedua tipe
tersebut disebut tipe hibrida yang banyak dikembangkan di sentra-sentra kapuk. Di Amerika
tidak terdapat klon kapuk tipe indika, dan sebaliknya di Asia saat ini hanya  sedikit ditemukan
tipe karibea.
Tipe Karibea pohonnya berukuran besar, tinggi mencapai 50 meter dan cabang terbawah dari
permukaan tanah sekitar 10 meter. Di Amerika maupun di Afrika pohon-pohon tersebut dapat
ditemukan di lapangan dengan mahkota yang sangat besar. Kecuali tipe yang bercabang rendah,
juga ada tipe yang bercabang sangat tinggi, bercabang, tetapi mahkotanya kurang kokoh. Tipe ini
tumbuh dihutan-hutan tropis, contohnya antara lain kapuk Suriname dan Congo, yang akan di
bahas lebih lanjut. Tipe Indika pohonnya berukuran relatif lebih kecil dibanding tipe Karibea dan
tidak dapat bersaing dengan vegetasi-vegetasi liar.
SYARAT TUMBUH
Pendapat yang mengatakan  bahwa kapuk dapat  tumbuh pada tanah yang marginal  dan  di
daerah yang  kering adalah salah. Kapuk memang membutuhkan musim kering yang panjang,
tetapi  jangan terlalu kering. Daerah-daerah, seperti Krawang, Indramayu, Karesidenan
Bojonegoro  dan kepulauan Nusa Tenggara tidak sesuai untuk tanaman kapuk karena  terlalu
kering. Begitu juga di daerah yang terlalu basah seperti Sumatera dan Jawa Barat.

Hubungan antara curah hujan di beberapa daerah penghasil kapuk di pulau Jawa,
menunjukkan bahwa curah hujan pada periode kering menentukan saat berbunga dan
pembentukan buah. Dalam periode tersebut jumlah curah hujan tiap bulan yang kurang dari 100
mm sebaiknya tidak lebih dari empat bulan, sedangkan jumlah hujan seluruhnya sedikitnya 150
mm dan setinggi-tingginya 350 mm, dengan jumlah hari sedikitnya 10 hari dan setinggi-tingginya
25 hari.
PEMBIBITAN
Bibit kapuk dapat berasal dari biji atau stek. Penangkaran dengan biji didahului dengan
persemaian. Pada pembuatan pesemaian kapuk yang penting adalah pengerjaan tanah.
Permukaan bedengan dibuat merata dan pembuangan air mudah dilakukan, karena air yang
menggenang berakibat fatal bagi tanaman yang masih muda. Jarak tanam di bedengan 20 cm x
20 cm dengan memakai 3 biji per lubang, kemudian setelah sebulan disisakan satu tanaman yang
terbaik. Cara lainnya dengan disebar dalam bak-bak yang kemudian dipindahkan ke bedengan,
sehingga diperoleh tanaman yang rata dan tumbuh baik, tetapi apabila ada gangguan hama
kumbang Nisotra, pada tanaman kapuk muda daunnya habis termakan. Tanaman kapuk pada
umumnya dapat dipindahkan ke lapangan setelah umur satu tahun di persemaian, setinggi kira-
kira satu meter.
Okulasi tanaman kapuk banyak menggunakan  Togo B sebagai batang bawah. Hasilnya
menunjukkan beberapa keuntungan antara lain : pada sambungan batang bawah dan atas (mata
tunas) tidak timbul benjolan seperti layaknya bibit berasal dari biji. Keuntungan lain adalah
diperoleh tanaman yang sama unggulnya dengan tanaman induknya.
PENANAMAN
Jarak tanam yang terbaik untuk tanaman kapuk tergantung tipe kapuk yanag ditanam. Pada
umumnya tanaman kapuk tidak boleh ditanam terlalu dekat satu sama lain. Di perkebunanperkebunan umumnya jarak tanam yang diterapkan 8 x 8 m sampai 10 x 10 m. Di kebun
Percobaan Muktiharjo, Pati, pada tahun 1978 tanaman koleksi menggunakan jarak tanam 8 x 8
m. Setelah umur 12 tahun cabang-cabang sudah saling menutup yang menyebabkan penurunan
produksi. Pada tahun 1991 dilakukan peremajaan sekaligus menata ulang jarak tanamnya yaitu 15
x 15 m. Ternyata setelah umur 7 tahun menunjukkan pembuahan yang baik. Produksi yang
tertinggi pada umur tersebut adalah klon  Congo 2 x Lanang atau (C 2 x L) yaitu 992
glondong/pohon/tahun. Sebagai kompensasi hasil pada jarak yang lebar dapat ditambahkan
tanaman sela untuk meningkatkan pendapatan per satuan lahan.
TANAMAN SELA
Tanaman semusim atau tahunan dapat ditanam diantara tegakan tanaman kapuk sebagai
tanaman sela. Menurut penelitian, kapuk sangat baik dikombinasikan dengan tanaman kakao.
Kakao sebagai tanaman bawah dan kapuk berfungsi sebagai tanaman pelindung. Syarat-syarat
yang dihendaki oleh tanaman kapuk terhadap tanah dan iklim, seyogianya sama dengan tanaman
kakao. Ada daerah-daerah yang masih layak untuk tanaman kapuk, tetapi terlalu kering untuk
tanaman kakao. Kadang-kadang kita juga menemukan kombinasi tanaman kapuk dengan
tanaman kopi (robusta). Kombinasi ini kurang baik dibanding dengan tanaman kakao, karena pada musim kemarau yang sesuai untuk tanaman kapuk justru terlalu panjang untuk tanaman
kopi.
PEMELIHARAAN
Dikaitkan dengan cara panen dengan memukul buah di pohon, agar buah yang jatuh diatas
tanah  mudah diambil, maka disarankan agar  tanah dibersihkan pada akhir  musim kemarau.
Tanah dikerjakan secara minimum pada akhir musim penghujan, dan dengan demikian  dapat
mencegah penguapan air tanah.
Pada dasarnya tanaman kapuk sendiri hanya  sedikit memerlukan pemeliharaan.
Pemangkasan tidak dilakukan pada  tanaman kapuk, hanya menyingkirkan dahan-dahan yang
mati, dan tanaman Loranthaceae (kemladean). Untuk itu perlu diawasi secara intensip agar tidak
ada biji tanaman kemladean yang bisa berkembang.
Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan.
Dosis yang diberikan tergantung umur tanaman dan kebutuhan hara berdasarkan analisa tanah.
Umur 1- 5 tahun umumnya kebutuhan pupuk 1,0 kg urea + 0,5 kg SP36 + 0,5 kg KCl per pohon
per tahun yang diberikan dua kali, setengahnya pada awal musim penghujan dan sisanya akhir
musim penghujan. Semakin tua tanaman dosis pupuk yang diberikan semakin tinggi.
ORGANISMEM PENGGANGGU
Tanaman kapuk tidak  banyak mendapat gangguan hama atau penyakit kecuali gangguan
parasit dari keluarga Loranthaceae. Parasit ini disebarkan oleh beberapa jenis burung tertentu,
yang memakan buah-buah benalu dan meninggalkannya berupa biji pada tangkai kapuk, karena
adanya cairan yang lekat. Apakah biji tersebut akan berkecambah, tergantung pada tanaman
inang. Tanaman kapuk Jawa (Indika) sangat peka terhadap benalu, sebaliknya tipe karibea
mempunyai daya resistensi yang lebih besar. Cara mengatasinya adalah membersihkan kemudian
menjaga agar pohon-pohon tetap bersih dari benalu. Penyuluhan kepada petani agar semua jenis
tanaman yang ada dipekarangan tidak dihinggapi oleh benalu terus digalakkan. Kerugian akibat
parasit ini, apabila tidak ada usaha-usaha yang effektif, dampaknya dapat menurunkan produksi,
bahkan mengalami kegagalan panen. Tanaman kapuk yang terserang benalu berat dapat dilihat
pada
DIREKTORAT BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
2008
Jl. Harsono RM No.3, Gedung C,
Pasar Minggu, Jakarta
Telepon (021) 7815682, 7815380-4 , Ext.4405
Fax. (021) 7827903
http://ditjenbun.deptan.go.id

No comments:

Post a Comment

Labels

Alpukat (1) Budidaya (3) hama (1) hama penyakit (1) HARA MIKRO (1) jagung (3) Kapuk (1) kemiri (1) paprika (1) Penyakit (1) sukun (1)